Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (H.R Muslim) -Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An Nawawi-

Recent Posts

PSB 2013

Penerimaan Santri Baru PESMA Al Mukmin 2013.

Rihlah Dakwah

Rekreasi seusai Idul Adha 1433 H

Outbond Santri TPQ Al Haromain 2013

Outbond Santri TPQ Al Haromain di Bedengan, Kecamatan Dau, Malang

Manasik Haji 1433 H

Sebagai praktek pembelajaran dan penghormatan untuk ibadah jamaah Haji di Tanah Suci.

Gedung Pesantren Mahasiswa Al Mukmin

Jalan Mandalawangi 9 Malang Telp. 0341-561954

Minggu, 08 Desember 2013

Kenangan Indah


Allah tabaraka wata’ala berfirman: “Dan jadikanlah untukku buah tutur kata yang baik di (kalangan) orang-orang yang datang kemudian!”QS As Syu’ara’:84.
Nabi Ibrahim alaihissalam memohon kepada Allah agar sebutan dan tuturan baik tentang dirinya langgeng di kalangan generasi-generasi yang akan datang sesudahnya karena beliau sangat senang jika itu bisa betul-betul terjadi dan menjadi kenyataan yang sebenarnya. Hal ini mencakup permohonan kelanggengan dan menutup amal secara sempurna serta permohonan berupa tersebarnya pujian baik di mana pasca ia wafat, maka ini merupakan menu bagi rohnya karena pujian baik akan mengantarkan manusia yang telah mengenal (sosoknya) untuk mendo’akannya sebagai penghargaan atas kesucian hati, kesempurnaan tauhid, kepasrahan diri, pengorbanan dan kesuksesannya menyempurnakan kalimat-kalimat yang diujikan kepadanya.
Sungguh Allah ta’ala telah menjadikan para nabi dan rasul alaihimussalaam berasal dari anak keturunan Nabi Ibrahim as. Mereka senantiasa menyebutnya dan begitu pula halnya dengan umat-umat pengikut mereka. Dan kiranya sebutan beliau juga langgeng di kalangan umat Nabi Muhammad Saw dalam berbagai situasi:
1.      Amalan-amalan haji
2.      Idul Adha dan muatan di dalamnya yang berupa penyembelihan hewan kurban
3.      Do’a Iftitah dalam shalat
4.      Shalawat Ibrahimiyyah sesudah tahiyyat akhir
5.      Berkhitan karena mengikuti millah nya
Itu semua bukan sekedar untuk kenangan tetapi karena di dalamnya bisa diambil pelajaran dan mengingat sesuatu hal yang memang perlu terus diulang-ulang sebagaimana dikatakan; [Dalam pengulangan terjadi penetapan (pemantapan) dan dalam penetapan terjadi penerangan/pencerahan].
Imam Malik, seperti disebutkan oleh Imam Ibnul Araby, mengatakan:
(Bukanlah sebuah masalah ketika seseorang suka jika mendapatkan pujian baik serta terlihat sedang melakukan amalan orang-orang shaleh selama itu bertujuan karena Allah yaitu yang disebut pujian yang baik)[3]
Dalam bahasan lain:
(Sesungguhnya hal itu tidak masalah jika awalnya karena Allah. Maksudnya tujuan pertama beramal adalah karena Allah) sebagaimana dikatakan: “Jika niat dasar sudah benar maka tidak akan terhalang (terpengaruh) kejadian-kejadian (atau hal apapun)”
Sungguh Allah telah berfirman: “...Dan Aku telah melimpahkan atas dirimu kasih sayang yang datang dari-Ku, dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku”QS Thoha:39.
Sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah membimbing kita dalam do’a beliau: “...dan jadikanlah diriku disenangi dalam hati para hambaMu...” serta sabda beliau: “Sebutkanlah kebaikan-kebaikan orang-orang mati kalian dan tahanlah diri kalian dari (menyebutkkan) keburukan mereka”HR Abu Dawud-Turmudzi .
Imam Syathibi mengatakan: Imam al Ghazali berprinsip bahwa masalah ini atau yang serupa telah keluar dari keikhlasan dengan catatan apabila menjadikan aktivitas (beramal) terasa lebih ringan (lebih bersemangat) baginya disebabkan tujuan-tujuan ini. Adapun Imam Ibnul Araby lebih memilih sebaliknya (tetap dalam koridor ikhlas)[4]. Dalam masalah seperti inilah kita jadi mengingat arahan Sayyidi al Walid Abuya al Habib Muhammad Alawi al Maliki al Hasani yang mengatakan: “Masing-masing tergantung kondisinya”. Kemudian jika seseorang memuji anda dengan pujian yang baik maka termasuk tatakramanya adalah anda mengucapkan: “Segala puji bagi Allah Dzat Yang Menampakkan yang baik dan Menutup yang buruk”
=والله يتولى الجميع برعايته=




[1]  تفسير التحرير والتنوير 146/9
[2]  تفسير التحرير والتنوير 82/9
[3] Tafsir at Tahrir wat Tanwir 9/146
[4] Tafsir at Tahrir wat Tanwir 9/82

الذِّكْرُ الْجَمِيْلُ
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَاكِيًا عَنْ دُعَاءِ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ:
[وَاجْعَلْ لِيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى اْلآخِرِيْنَ] الشعراء:84.
سَأَلَ اللهَ تَعَالَى إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بَقَاءَ لِسَانٍ صَادِقٍ وَذِكْرٍ لَهُ حَسَنٍ فىِ الْأَجْيَالِ الْآتِيَةِ مِنْ بَعْدِهِ لِأَنَّهُ يَرْغَبُ فِى تَحَقُّقِهِ وَوُقُوْعِهِ فِى نَفْسِ الْأَمْرِ. وَهَذَا يَتَضَمَّنُ سُؤَالَ الدَّوَامِ وَالْخِتَامِ عَلَى كَمَالِ الْعَمَلِ وَطَلَبِ نَشْرِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ حَيْثُ يَتَغَذَّى بِهِ الرُّوْحُ بَعْدَ مَوْتِهِ لِأَنَّ الثَّنَاءَ عَلَيْهِ يَتَعَدَّى دُعَاءَ النَّاسِ لَهُ جَزَاءَ مَا عَرَفُوْهُ مِنْ زَكَاءِ نَفْسِهِ وَكَمَالِ تَوْحِيْدِهِ وَإِسْلاَمِ وَجْهِهِ وَتَضْحِيَتِهِ وَإِتْمَامِهِ الْكَلِمَاتِ الَّتِي ابْتُلِيَ بِهَا.
وَقَدْ جَعَلَ اللهُ تَعَالَى فِى ذُرِّيَّتِهِ أَنْبِيَاءَ وَرُسُلاً يَذْكُرُوْنَهُ وَتَذْكُرُهُ الْأُمَمُ التَّابِعَةُ لهم وَيُخْلَدُ ذِكْرُهُ لَدَي اْلأُمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فىِ شَتَّى الْمَوَاضِعِ مِنْهَا:
1-           أَعْمَالُ الْحَجِّ
2-           عِيْدُ الْأَضْحَي وَمَا فِيْهِ مِنْ ذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ
3-           دُعَاءُ الْإِفْتِتَاحِ فِى الصَّلاَةِ
4-           الصَّلاَةُ الْإِبْرَاهِيْمِيَّةُ بَعْدَ التَّشَهُّدِ الْأَخِيْرِ
5-           الْإِخْتِتَانُ اتِّبَاعًا لِمِلَّتِهِ
وَلَيْسَ ذَلِكَ لِمُجَرَّدِ الذِّكْرَي بَلْ فِيْهِ أَخْذُ عِبْرَةٍ وَتَذْكِيْرٌ فِيْمَا فِيْهِ شَأْنُ التَّكْرِيْرِ وَقَدْ قِيْلَ: (فِى التَّكْرِيْرِ يَحْصُلُ التَّقْرِيْرُ وَفِى التَّقْرِيْرِ يَحْصُلُ التَّنْوِيْرُ)
قَالَ ابْنُ الْعَرَبِي :قَالَ مَالِكٌ: لاَ بَأْسَ أَنْ يُحِبَّ الرَّجُلُ أَنْ يُثْنَي عَلَيْهِ صَالِحًا وَيُرَي فِى عَمَلِ الصَّالِحِيْنَ إِذَا قَصَدَ بِهِ وَجْهَ اللهِ وَهُوَ الثَّنَاءُ الصَّالِحُ[1]. وَفِى عِبَارَةٍ أُخْرَى: إِنَّهُ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ إذا كَانَ أَوَّلُهُ للهِ ايْ القَصْدُ الْأَوَّلُ مِنَ الْعَمَلِ للهِ تَعَالَى كَمَا قِيْلَ: (إِذَا صَحَّ أَصْلُ النِّيَّةِ لَمْ تَعْتَرِضْهُ الْعَوَارِضُ) وَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى: [وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّيْ وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِيْ] طه:39.
وَقَدْ أَرْشَدَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فىِ دُعَائِهِ [...وَاجْعَلْنِي مَحْبُوْبًا فِى قُلُوْبِ عِبَادِكَ...] وَفِي قَوْلِهِ: [اذْكُرُوْا مَحَاسِنَ مَوْتَاكُمْ وَكُفُّوْا عَنْ مَسَاوِئِهِمْ] رواه أبو داود والترمذى.
قَالَ الشَّاطِبِي: (...وَقَدِ الْتَزَمَ الْغَزَالِي فِيْهَا وَفِى أَشْبَاهِهَا أَنَّهَا خَارِجَةٌ عَنِ اْلإِخْلاَصِ لَكِنْ بِشَرْطِ أَنْ يَصِيْرَ الْعَمَلُ أَخَفَّ عَلَيْهِ بِسَبَبِ هَذِهِ الْأَغْرَاضِ وَأَمَّا ابْنُ الْعَرَبِي فَذَهَبَ إِلَى خِلاَفِ ذَلِكَ[2]).
وَفِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ يُذَكِّرُنُا تَوْجِيْهُ سَيِّدِي الْوَالِدُ أَبُوْيَ الْحَبِيْبُ مُحَمَّدٌ عَلَوِي الْمَالِكِي الْحَسَنِي حَيْثُ يَقُوْلُ: كُلٌّ عَلَى حَسَبِ حَالِهِ. ثُمَّ مِنَ الْأَدَبِ إِذَا أَثْنَي عَلَيْكَ إِنْسَانٌ بِذِكْرٍ جَمِيْلٍ  أَنْ تَقُوْلَ لَهُ: الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَظْهَرَ الْمَلِيْحَ وَسَتَرَ الْقَبِيْحَ.
=والله يتولى الجميع برعايته=

WWW.NURULHAROMAIN.ORG

Tidak Ada Alasan merasa Aman


بسم الله الرحمن الرحيم


Allah tabaaraka wata’ala berfirman:
“Dan bacakanlah kepada mereka tentang orang yang telah Kami berikan kepadanya  ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya...”QS al A’raf:175-176.
Sesungguhnya do’a pertama yang diajarkan Allah kepada para hambaNya yang berserah diri (kaum muslimin), yaitu orang-orang yang Allah telah Memilih mereka di antara makhlukNya, adalah firman Allah yang artinya; “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”, maksudnya teguhkan kami di atas jalan itu dan langgengkan ia untuk kami. Akan tetapi nikmat memang terkadang dihilangkan dari orang yang tidak bisa menghargai dan tidak pula mau menjaganya. Karena itulah Allah ta’ala berfirman: “...nanti Kami akan memberikan kepada mereka lanjuran nikmat yang lupa tersyukuri  dengan cara yang tidak mereka ketahui”QS al A’raf:182. Maksudnya Kami menyempurnakan nikmat-nikmat atas mereka sekaligus juga melalaikan mereka dari bersyukur, juga sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair:
Kamu berbaik sangka kepada hari-hari kala ia (terus memberikan) kebaikan
Sementara kamu tidak pernah mengkhawatirkan hal yang datang bersama  takdir
Malam-malam berlalu dengan keselamatan sehingga kamu pun terbuai
Sehingga pada suatu malam terjadilah kekisruhan itu
Dan seperti dikatakan dalam kata hikmah:
Tidaklah burung itu terbang dan meninggi kecuali juga terbang dan (lalu) terjatuh
Bila demikian halnya maka tidak ada alasan apapun untuk merasa aman, melupakan kesyukuran, dan membiarkan diri untuk tidak memelas memohon perlindungan (Allah). Bagaimana mungkin kita merasa aman, sedangkan:
-           al Khalil Ibrahim as saja masih memohon kepada Allah: “...dan jauhkanlah diriku dan anak keturunanku dari menyembah berhala-berhala”QS Ibrahim:35.
-          Yusuf As Shiddiq saja memohon kepada Allah: “...wafatkanlah dakuu dalam keadaan berserah diri (kepadaMu) dan gabungkanlah diriku dengan orang-orang shaleh”QS Yusuf:101.
Jadi, betapa kita begitu membutuhkan, benar-benar sangat membutuhkan akan keteguhan dalam agama pada situasi masa yang genting ini. Dan sungguh dikatakan dalam kata hikmah:
Pasti ada pengganti bagi segala sesuatu yang anda tinggalkan
Tetapi tidak ada pengganti bagi Allah, jika kamu meninggalkanNya
Jika dunia masih menyisakan agama bagi seseorang
maka segala sesuatu yang terlepas darinya sama sekali tidaklah membahayakan
Adalah Sufyan at Tsauri rahimahullah mengatakan:
Tidaklah seorang merasa aman dari bahaya agama kecuali agama itu tercabut (darinya)
Dan tidak ada pilihan bagi seorang muslim yang terbina kecuali harus meneguhkan hatinya atas islam, sesuatu yang telah ditetapinya pada saat ini dengan menjalankan hal-hal yang telah direkomendasikan pada taushiah kami terdahulu sehingga ia memiliki dua simpanan besar yang mahal harganya berupa ISTIQAMAH dan ISTIZADAH (terus mencari tambahan) supaya nikmat-nikmat itu langgeng baginya, tidak merasa takut akan kehilangan sekaligus diberikan tambahan nikmat-nikmat yang belum pernah diberikan sehingga iapun tidak perlu khawatir tidak akan bisa mendapatkannya, serta datang pula dari Allah sesuatu yang sama sekali tidak terlintas dalam hatinya, disertai permohonan yang terus menerus kepada Allah dalam suasana sendiri atau bersama orang lain, berupa;
Ya Tuhan kami, jangan sesatkan hati kami setelah Engkau Memberikan petunjuk kepada kami. Dan anugerahkan kepada kami rahmat hanya dari sisiMu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi rahmat”
Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadaMu keteguhan dalam urusan, tekad bulat dalam kebenaran. Saya memohon kepadaMu bisa mensyukuri nikmatMu, Saya memohon kepadaMu kebaikan ibadah kepadaMu. Saya memohon kepadaMu hati yang selamat (dari penyakit). Saya memohon kepadaMu lidah yang jujur. Saya memohon kepadaMu kebaikan segala sesuatu yang Engkau mengetahuinya. Saya memohon perlindungan kepadaMu dari keburukan segala sesuatu yang Engkau Mengetahuinya.  Dan saya memohon ampunan atas dosa (ku) yang Engkau mengetahuinya. Sesunguhnya Engkaulah Maha Mengetahui hal-hal yang gaib”
Wahai Dzat yang meneguhkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu!”
=والله يتولى الجميع برعايته=

لاَ سَبِيْلَ إِلَى الْأَمْنِ
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى:                                                                                      [وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِيْنَ. وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ.] الأعراف: 175-176.
إِنَّ أَوَّلَ دُعَاءٍ عَلَّمَهُ اللهُ تَعَالَي عِبَادَهُ الْمُسْلِمِيْنَ الَّذِيْنَ اصْطَفَاهُمْ مِنْ بَيْنِ خَلْقِهِ هُوَ قَوْلُهُ تَعَالَى: [اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ] اي ثَبِّتْنَا عَلَيْهِ وَأَدِمْهُ لَنَا ,وَلكِنَّ النِّعْمَةَ قَدْ تُسْلَبُ مِمَّنْ لاَ يَعْرِفُ قَدْرَهَا وَلاَ يَرْعَاهَا وَلِذلِكَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: [سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُوْنَ] الأعراف:182. اي نُسْبِغُ عَلَيْهِمُ النِّعَمَ وَنُنْسِيْهِمُ الشُّكْرَ كَمَا قَالَ الشَّاعِرُ:
(أَحْسَنْتَ ظَنَّكَ بِالْأَيَّامِ إِذْ حَسُنَتْ# وَلَمْ تَخَفْ سُوْءَ مَا يَأْتِي بِهِ الْقَدَرُ)
(وَسَالَمَتْكَ اللَّيَالِي فَاغْتَـــــــرَرْتَ بِهَا # وَعِنْدَ صَفْوِ اللَّيَالِي يَحْدُثُ الْكَدَرُ)
وَكَمَا قِيْلَ: مَا طَارَ طَيْرٌ وَارْتَفَعَ إِلاَّ كَمَا طَارَ وَقَعَ
فَإِذَنْ لاَ سَبِيْلَ إِلَى اْلأَمْنِ وَإِغْفَالِ الشُّكْرِ وَتَرْكِ الْإِبْتِهَالِ فِى الْحِفْظِ بِحَالٍ. وَكَيْفَ نَأْمَنُ وَإِبْرَاهِيْمُ الْخَلِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَقُوْلُ: [...وَاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ] إبراهيم: 35. وَيُوْسُفُ الصِّدِّيْقُ يَقُوْلُ: [تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِيْنَ] يوسف:101. فَمَا أَحْوَجَنَا أَمَسَّ الْحَاجَةِ إِلَى الثَّبَاتِ فِى الدِّيْنِ فِى هَذَا الْعَصْرِ الرَّاهِنِ وَقَدْ قِيْلَ:
(لِكُلِّ شَيْءٍ إِذَا فَارَقْتَهُ عِوَضٌ# وَلَيْسَ للهِ إِنْ فَارَقْتَ مِنْ عِوَضِ)
(إِذَا أَبْقَتِ الدُّنْيَا عَلَى الْمَرْءِ دِيْنَهُ # فَمَا فَاتَهُ مِنْهَا فَلَيْسَ بِضَائِر)
وَكَانَ سُفْيَانُ الثَّوْرِي رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى يَقُوْلُ: (مَا أَمِنَ أَحَدٌ عَلَى دِيْنِهِ إِلاَّ سُلِبَ)
وَمَا عَلَى الْمُسْلِمِ الْوَاعِي إِلاَّ أَنْ يُثَبِّتَ قَلْبَهُ عَلَي مَا عَلَيْهِ فىِ الْحَالِ مِنَ الْإِسْلاَمِ بِمَا ذُكِرَ مِنْ تَوْصِيَتِنَا السَّابِقَةِ حَتَّي يَظْفَرَ بِالْكَنْزَيْنِ الْعَزِيْزَيْنِ اللَّذَانِ هُمَا الْإِسْتِقَامَةُ وَالْإِسْتِزَادَةُ فَتَدُوْمُ لَهُ النِّعَمُ وَلاَ يَخْشَي زَوَالَهَا وَتَتَزَايَدُ لَهُ النِّعَمُ الَّتِي لَمْ تُعْطَ فَلاَ يَخْشَي فَوَاتَهَا وَيَأْتِي مِنَ اللهِ مَا لَمْ يَكُنْ فِى بَالِهِ مَعَ دَوَامِ ابْتِهَالِهِ إِلَى اللهِ تَعَالَى حَيْثُ يَقُوْلُ فِى خَلَوَاتِهِ وَجَلَوَاتِهِ [رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ] [أَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِى اْلأَمْرِ وَالْعَزِيْمَةَ عَلَى الرُّشْدِ, وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَأَسْأَلُكَ حُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيْمًا وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا صَادِقًا وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ] [يَا مُثَبِّتَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ]
=والله يتولى الجميع برعايته=
WWW.NURULHAROMAIN.ORG

Minggu, 03 November 2013

Meneguhkan Hati demi berlari dari Fitnah Agama

Meneguhkan Hati Demi Berlari dari Fitnah Agama 

 بسم الله الرحمن الرحيم
 تَثْبِيْتُ الْقَلْبِ لِلْفِرَارِ مِنْ فِتَنِ الدِّيْنِ قَالَ اللهُ تَعَالَى: [أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ]العنكبوت:1. مَا أَحْوَجَنَا أَمَسَّ الْحَاجَةِ إِلَى الثَّبَاتِ فِى الدِّيْنِ فِى هَذَا الزَّمَانِ الْمَوْسُوْمِ بِزَمَنِ الْفِتَنِ اَيْ فِتَنِ الدِّيْنِ حِيْنَ اخْتَلَطَ الْخَيْرُ بِالشَّرِّ وَرَقَّتْ الدِّيَانَةُ وَقَلَّتْ الأَمَانَةُ وَضَعُفَ الْيَقِيْنُ وَكَثُرَتْ الْجَرَاءَةُ عَلَى الْمَعَاصِي وَالْمُجَاهَرَةُ بِهَا وَشَاعَ تَعَدِّي الْحُدُوْدِ وَانْتِهَاكُ الْمَحَارِمِ , وَقَدْ قِيْلَ: (زَمَانٌ كَأَهْلِهِ وَأَهْلُهُ كَمَا تَرَي) يُفْتَنُ فِيْهِ الْمُسْلِمُ فَلاَطَاقَةَ لَهُ لِمُقَاوَمَتِهِ يُصْبِحُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا بِمَعْنَي أَنَّ شَخْصِيَّتَهُ أَصْبَحَتْ مُبْلَوَّرَةً لاَ مُتَمَيِّزَةً عَنْ غَيْرِهِ إِذْ يَكُوْنُ فِى آنٍ عَلَى عَمَلِهِ الْإِسْلاَمِيِّ وَفِي آنٍ آخَرَ عَلَى خِلاَفِهِ دُوْنَ اعْتِرَافٍ عَلَى أَنَّهُ آثِمٌ فِيْهِ بَلْ قَدْ يُجَاهِرُ بِهِ وَصَدَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ يَقُوْلُ:[[كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْجِهَارِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ فَيَقُوْلُ: عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَلَيْهِ]] متفق عليه. وَكَانَ مِنَ الْمَفْرُوْضِ أَلاَّ يَفْعَلَ ذَلِكَ بَلْ كَمَنْ وَصَفَ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: [[مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ]] رواه الطبراني . اي تَسُرُّهُ حَسَنَتُهُ لاَ مِنْ حَيْثُ كَوْنُهاَ عَمَلَهُ بَلْ مِنْ حَيْثُ أَنَّ اللهَ وَفَّقَهُ لَهاَ وَتُسِيْئُهُ سَيِّئَتُهُ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُ اكْتَسَبَهَا وَخَالَفَ أَمْرَ اللهِ لَهُ بِتَرْكِهَا وَيَلْزَمُ هَذا الْمَعْنَي لِئَلاَّ يَغْتَرَّ بِعَمَلِهِ وَلاَ يَعْتَمِدَ عَلَيْهِ. وَلِلْمُسْلِمِ الْوَاعِيْ مَوْقِفُهُ لِمُوَاجَهَةِ هَذِهِ الْفِتَنِ السَّائِدَةِ وَتَثْبِيْتُ قَلْبِهِ بِمَا أَشَارَ إِلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى فىِ سُوْرَةِ الْأَنْفَالِ (45): [يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوْا وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ] مِنْ أَنَّ اْلإِكْثَارَ بِذِكْرِ اللهِ تَعَالَى عِنْدَ لِقَاءِ الْعَدُوِّ لِقِتَالِهِمْ مَا يُثَبِّتُ الْقَلْبَ وَكَذلِكَ عِنْدَ مُوَاجَهَةِ الْفِتَنِ الَّتِي لاَ بُدَّ أَنْ نَقَعَ فِيْهَا وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ. وَأَهَمُّهُ تَثْبِيْتًا لِلْقَلْبِ فِى أَرْبَعِ خِصَالٍ: 1- الصَّلاَةُ بِلَوَازِمِهَا الْأَرْبَعَةِ: إِقَامَتِهَا وَالْمُحَافَظَةِ عَلَيْهَا وَإِدَامَتِهَا وَالْحُضُوْرِ وَالْخُشُوْعِ فِيْهَا. 2- الدُّعَاءُ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ. فَكَانَ لِزَامًا عَلَيْهِ أَنْ لاَ يَتْرُكَ مَا وَرَدَ فِى طَلَبِ الثَّبَاتِ وَالتَّثْبِيْتِ بَعْدَ التَّشَهُّدِ الْأَخِيْرِ فىِ الصَّلاَةِ. 3- الإِسْتِغْفَارُ الْمَصْحُوْبِ بِالتَّوْبَةِ كَمَا أَشَارَ إِلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى: [...وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا]النصر:3. وَذَلِكَ لِإِزَاحَةِ نُكَتِ الْقَلْبِ السَّوْدَاءِ مِنَ الذُّنُوْبِ حَتَّي يَحْصُلَ التَّثْبِيْتُ وَاللهُ تعَالَى غَافِرٌ اي لِمَا مَضَي وَغَفَّارٌ وَإِنْ تَكَرَّرَتْ وَغَفُوْرٌ وَإِنْ عَظُمَتْ. 4- تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ لِجَلاَءِ صَدَأِ الْقَلْبِ لِأَنَّ الْقَلْبَ يَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ. حَتَّي إِذَا تَحَلَّي الْمُسْلِمُ الْوَاعِيْ بِهَذِهِ الْخِصَالِ عَلَى سَبِيْلِ التَّكْرِيْرِ تَخَلَّي عَنْهُ التَّكْدِيْرُ وَحَصَلَ التَّقْرِيْرُ وَتَجَلَّي عَنْهُ التَّنْوِيْرُ مَعَ مَا طَيَّبَهُ بِالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّكْثِيْرِ فَثَبَّتَهُ اللهُ تَعَالَى بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فىِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى اْلآخِرَةِ . =والله يتولى الجميع برعايته= 

Allah tabaraka wata’ala berfirman: “Apakah manusia menyangka akan dibiarkan (begitu saja hanya karena) mereka telah mengatakan: “Kami telah beriman” dan (lantas) mereka tidak akan mendapatkan cobaan”QS al Ankabut:1. Betapa kita benar-benar sangat membutuhkan akan keteguhan dalam agama pada zaman yang diidentifikasi sebagai zaman fitnah. Yaitu fitnah-fitnah agama ketika kebaikan bercampur aduk dengan keburukan; rasa beragama kian menipis, sifat amanah semakin berkurang, keyakinan melemah, banyak perilaku maksiat dilakukan dengan berani (lancang) dan (bahkan) secara terang-terangan, serta tindakan melewati batas dan pelanggaran terhadap larangan agama terjadi di mana-mana, sungguh telah dikatakan: “Pelaku adalah potret masa. Sementara pelakunya bisa anda saksikan (sendiri seperti apa)”, di mana dalam zaman seperti ini seorang muslim bisa (saja) terkena fitnah, tak ada kekuatan sama sekali baginya untuk melawan sehingga pada waktu pagi hari ia mukmin dan sore hari sudah menjadi seorang kafir atau sore hari ia masih seorang mukmin dan pagi hari sudah menjadi seorang kafir dalam artian kepribadiannya menjadi kacau balau (mublawwarah), bukan kepribadian yang istimewa dibandingkan orang lain. (mengapa demikian?) karena dalam satu waktu ia berada dalam aktivitas islami dan pada waktu lain justru melakukan hal yang berlawanan dengan islam tanpa mengakui bahwa ia telah berbuat dosa, bahkan terkadang malah sengaja menyiarkannya.
Benarlah Rasulullah Saw yang bersabda: “Seluruh umatku dimaafkan kecuali orang-orang yang sengaja menyiarkan dosa. Dan sesungguhnya termasuk menyiarkan dosa adalah jika seseorang melakukan suatu perbuatan di malam hari kemudian memasuki waktu pagi mendapati Allah Swt benar-benar menutupinya, lalu ia (malah) bercerita (kepada orang lain): “Tadi malam aku melakukan ini dan itu” semalaman Allah menutupinya dan pada pagi harinya ia justru ia membuka penutup Allah atas dirinya” (Muttafaq alaih) , padahal semestinya ia tidak melakukan hal tersebut, tetapi seharusnya seperti orang yang disebutkan Rasulullah Saw: “Barang siapa senang dengan kebaikan dirinya dan susah karena keburukannya maka dialah orang yang beriman”(HR Thabarani) .
 Maksudnya ia bergembira karena kebaikannya, bukan karena kebaikan itu sebagai amalnya, tetapi dari sisi sesungguhnya Allah telah memberinya taufiq (pertolongan) bisa melakukannya. Dan merasa sedih karena keburukannya dari sisi kenapa ia mesti melakukan keburukan itu sekalipun melanggar perintah Allah kepadanya berupa agar keburukan itu ditinggalkan. Memahami makna hadits dengan poin ini penting agar seseorang tidak tertipu dan bergantung kepada amalnya. Bagi seorang muslim terbina harus mengambil sikap memerangi fitnah yang sudah menggejala ini. Ia harus melakukan usaha meneguhkan hatinya seperti diisyaratkan oleh firman Allah dalam QS al Anfaal 45: “ Wahai orang-orang yang beriman jika kalian berjumpa (berperang) dengan kelompok (kaum kafir) maka berteguh hatilah dan banyaklah berdzikir kepada Allah agar kalian senantiasa meraih kemenangan”, yaitu bahwa memperbanyak dzikir kepada Allah saat berhadapan dan berperang dengan musuh bisa menjadikan hati teguh. Dan begitu pula halnya dengan saat menghadapi fitnah-fitnah di mana kita tidak mungkin menghindarkan diri darinya karena fitnah justru lebih berat daripada pembunuhan. Dan hal terpenting yang bisa meneguhkan hati berada dalam empat perkara:
 1. Shalat dengan empat konsekwensinya yaitu mendirikan, menjaga, melanggengkan dan melakukannya dengan khusyu’.
 2. Do’a karena ia adalah senjata orang beriman. Maka mesti baginya agar tidak meninggalkan do’a yang warid yang dibaca setelah tasyahhud akhir dalam shalat tentang mencari keteguhan dan peneguhan.
3. Istighfar yang dibarengi dengan taubat sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah: “...dan memohonlah ampunan kepadaNya karena sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat”QS An nashr:3. Itu dilakukan demi menghilangkan noda-noda hitam dalam hati akibat dosa-dosa sehingga akhirnya ia mendapatkan peneguhan. Allah Maha Mengampuni dosa yang telah lampau, Maha Pengampun akan dosa-dosa meski berulang dan Maha Pengampun meski dosa besar.
4. Membaca Alqur’an untuk menjernihkan karat hati karena sebagaimana besi, hati juga bisa berkarat. Dan ketika seorang muslim terbina telah secara konsisten berhiaskan empat hal tersebut maka ia akan bersih dari kekeruhan, mendapatkan kestabilan lalu pencerahan yang disertai pula dengan harum wangi bacaan shalawat yang diperbanyaknya sehingga lalu Allah pun Memberinya keteguhan dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat.
  =والله يتولى الجميع برعايته= 
 
www.nurulharomian.org

Sabtu, 03 Agustus 2013

Puasa : Sekolah Pembersihan Diri


Puasa memiliki banyak hikmah yang bisa digunakan oleh seorang muslim terbina sebagai sarana mengambil pelajaran dan usaha membersihkan diri. Di antara hikmah-hikmah itu adalah:
1.    Puasa mendidik dan mengembangkan naluri bertaqwa pada pribadi seorang muslim serta membiasakannya berada dalam ketundukan dan kepatuhan yang merupakan jaminan tegaknya segala urusan. Dengan puasa seorang muslim melindungi diri dari kemaksiatan-kemaksiatan karena puasa meredam syahwat yang menjadi sumber kemakasiatan.
Berdasarkan makna melindungi ini maka manusia akan menjadi ahli taqwa jika melaksanakan hal berikut:

a.    Menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan (larangan-larangan)
b.    Menyesal karena telah melakukan kemaksiatan, apapun bentuknya
c.    Merasa sedih karena tidak menjalankan perintah meskipun hanya perintah sunnah
d.    Tidak terus menerus melakukan dosa kecil
e.    Meminimalkan kemaksiatan di mana ia terlanjur jatuh ke dalamnya sampai akhirnya secara total bisa terlepas darinya
Hal-hal tersebut adalah isyarat (yang bisa difahami) dari firman Allah; “...agar kalian bertaqwa”   
2.    Puasa sebagai upaya menumbuhkan sifat ketuhanan.
Allah Menyeru para hambaNya supaya bersifat dengan sifat-sifatNya dan menuntut mereka supaya melakukan penghambaan kepadaNya dengan sifat-sifatNya sesuai dengan kekuatan dan kemampuan mereka. Sementara puasa adalah termasuk di antara sifat-sifatNya,  dan sesungguhnya Dia Memberi makan (tetapi) Dia tidak makan.
Puasa (juga) melatih manusia agar mencintai kebaikan dan berbuat baik kepada sesama. Puasa menguatkan perasaan kasih sayang dalam diri manusia sehingga menjadikannya berhati lembut, berjiwa baik dan memiliki ketajaman rasa (dzauq). As Sayyid Ahmad bin Idris, Qaddasallahu sirrahu dalam al Iqdun Nafis hal 58 mengatakan:


“Seorang mukmin setiap kali bersifat dengan salah satu sifat-sifat Allah maka berada dekat dariNya kecuali surat al Ikhlash maka dalam sifat-sifatNya di sini tidak boleh seorangpun bersekutu denganNya karena sesungguhnya Nabi Adam alaihissalam meski tidak dilahirkan tetapi beliau melahirkan. Nabi Isa alaihissalam meski tidak melahirkan tetapi beliau dilahirkan. Sedangkan Allah subhaanahu wata’alaa tidak melahirkan serta tidak (pula) dilahirkan dan tidak ada seorangpun menyamaiNya. Tidak ada Tuhan selain Dia. Kita beriman denganNya, kitab-kitab dan utusan-utusanNya.”
Dan karena itu semua Allah ta’ala dengan berpuasa Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk bisa bertemu denganNya disertai rasa bahagia sempurna seperti disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallami: “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang dirasakannya; saat berbuka ia berbahagia dan saat bertemu Tuhannya ia berbahagia dengan puasanya”  “...Puasa itu milikKu dan Aku akan membalasnya (sesuai dengan ketentuanKu)...”

3.    Puasa adalah langkah membebaskan diri dari penghambaan kepada syahwat-syahwat.
Ketika Allah ta’ala telah Menjadikan manusia sebagai Khalifah di bumi maka semestinya ia berhak memiliki segala sesuatu, bukan (sebaliknya) segala sesuatu (justru) memilikinya (memperbudaknya). Karena itulah apabila manusia tenggelam dalam syahwat-syahwatnya maka sungguh ia telah membalikkan hikmah (penciptaan) dan menjadikan pelaku sebagai obyek serta yang tinggi menjadi rendah sebagaimana Allah berfirman:
“...Musa menjawab,”Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu selain Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat...”
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” 

Dan sungguh Allah ta’ala telah Mengajarkan kepada kita sesungguhnya puasa ramadhan sudah cukup untuk bisa memutuskan semua hal tersebut apabila orang-orang yang berpuasa menjalani puasa sebagaimana semestinya yang karena itulah dikatakan dalam hadits: “Jika hari jum’at selamat maka hari-hari (seluruhnya) selamat. Dan jika ramadhan selamat maka seluruh tahun selamat” 
“Ya Allah, serahkanlah kami kepada ramadhan. Serahkanlah ramadhan kepada kami  dan terimalah ramadhan dari kami dengan sepenuh penerimaan!”



بسم الله الرحمن الرحيم
مَدْرَسَةُ الصَّوْمِ التَّهْذِيْبِيَّةُ
لِلصَّوْمِ حِكَمٌ عَدِيْدَةٌ يَعْتَبِرُ وَيَتَهَذَّبُ بِهَا الْمُسْلِمُ الْوَاعِى,
 وَمِنْ ذَلِكَ:
1.  الصَّوْمُ يُرَبِّيْ فِيْهِ وَيُنَمِّيْهِ مَلَكَةَ التَّقْوَى وَيُعَوِّدُهُ عَلَى الْحُضُوْعِ وَالطَّاعَةِ الَّتِى هِيَ الضَّمَّانُ لاِسْتِقَامَةِ أَمْرِهِ, وَيَتَّقِى بِهِ الْمَعَاصِيَ لِأَنَّهُ يَكْسِرُ الشَّهْوَةَ الَّتِى هِيَ مَبْدَؤُهَا. وَعَلَى هَذَا الْمَعْنَي اي الإِتِّقَاءِ يَكُوْنُ الْإِنْسَانُ مِنْ أَهْلِ التَّقْوَى إِذَا عَمِلَ مَا يَأْتِي:
أ‌-                 الْإِبْتِعَادُ عَنِ الْمَعَاصِي الْمَنْهِيِّ عَنْهَا
ب‌-          النَّدَمُ عَلَى ارْتِكَابِ أَيَّةِ مَعْصِيَةٍ
ج-   التَّأَسُّفُ عَلَى عَدَمِ فِعْلِ الْمَأْمُوْرِ بِهِ وَإِنْ كَانَ تَطَوُّعًا
د-    عَدَمُ الْإِصْرَارِ عَلَى ارْتِكَابِ مَعْصِيَةٍ صَغِيْرَةٍ
ه-    التَّقَلُّلُ عَنْ مَعْصِيَةٍ وَقَعَ فِيْهَا حَتَّي يَتَخَلَّصَ مِنْهَا
وَإِلَى ذَلِكَ الْإِشَارَةُ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: (...لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ) البقرة:183.
2.  الصَّوْمُ اتِّصَافٌ بِصِفَةِ اللهِ تَعَالَى
دَعَا اللهُ تَعَالَى عِبَادَهُ إِلَى اْلإِتِّصَافِ بِأَوْصَافِهِ وَتَعَبَّدَهُمْ بِهَا عَلَى قَدْرِ طَاقَتِهِمْ وَوُسْعِهِمْ, وَالصَّوْمُ مِنْ أَوْصَافِهِ وَأَنَّهُ الَّذِى يُطْعِمُ وَلاَ يَطْعَمُ
وَالصَّوْمُ يُعَوِّدُ الْإِنْسَانَ عَلَى حُبِّ الْخَيْرِ وَالْإِحْسَانِ وَيُقَوِّيْ فِيْهِ عَاطِفَةَ الرَّحْمَةِ فَيَجْعَلُهُ رَقِيْقَ الْقَلْبِ طَيِّبَ النَّفْسِ حَسَّاسَ الذَّوْقِ . قَالَ السَّيِّدُ أَحْمَدُ بْنُ إِدْرِيْسَ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ فىِ كِتَابِهِ  ((الْعِقْدُ النَّفِيْسُ)) ص 58:
"الْمُؤْمِنُ كُلَّمَا اتَّصَفَ بِصِفَةٍ مِنْ صِفَاتِ اللهِ قَرُبَ مِنْهُ إِلاَّ سُوْرَةَ اْلِإخْلاَصِ فَلاَ يُشَارِكُهُ فِى صِفَاتِهِ فِيْهَا أَحَدٌ فَإِنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ لـَمْ يُوْلَدْ لَكِنَّهُ يَلِدُ وَعِيْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ لـَمْ يَلِدْ لَكِنَّهُ يُوْلَدُ وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ آمَنَّا بِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ .إهـ" وَلِأَجْلِ ذَلِكَ يُؤَهِّلُهُ تَعَالَى بِصِيَامِهِ عَلَى لِقَائِهِ تَعَالَى مَعَ الْفَرَحِ التَّامِّ كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [...لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ] رواه البخارى:1904. [...الصِّيَامُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ...] رواه البخارى:1894.
3.  الصَّوْمُ تَحَرُّرٌ مِنَ الْعُبُوْدِيَّةِ لِلشَّهَوَاتِ
حِيْنَ جَعَلَ اللهُ تَعَالَى اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِى الْأَرْضِ كَانَ مِنْ حَقِّهِ أَنْ يَكُوْنَ مَالِكًا لِلْأَشْيَاءِ لاَ أَنْ تَكُوْنَ مَالِكَةً لَهُ وَلِذلِكَ إِذَا اسْتَغْرَقَ الْإِنْسَانُ فِى شَهَوَاتِهِ فَقَدْ قَلَبَ الْحِكْمَةَ وَصَيَّرَ الْفَاعِلَ مَفْعُوْلاً وَالْأَعْلَى أَسْفَلَ كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى: [[قَالَ أَغَيْرَ اللهِ أَبْغِيْكُمْ إِلـهاً وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِيْنَ]] الأعراف:140. [[أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيْهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ]]الجاثية:23.
وَقَدْ عَلَّمَنَا اللهُ تَعَالَى أَنَّ صَوْمَ رَمَضَانَ يُغْنِي فِى قَطْعِ ذَلِكَ كُلِّهِ إِذَا صَامَهُ الصَّائِمُوْنَ كَمَا يَنْبَغِى أَنْ يُصَامَ وَلِذَلِكَ قِيْلَ فىِ الْحَدِيْثِ : (إِذَا سَلِمَتِ الْجُمْعَةُ سَلِمَتِ الْأَيَّامُ وَإِذَا سَلِمَ رَمَضَانُ سَلِمَتِ السَّنَةُ كُلُّهَا)  رواه الدارقطني عن عائشة (انظر: فيض القدير:685).أَللَّهُمَّ سَلِّمْنَا لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لَنَا وَتَسَلَّمْهُ مِنَّا مُتَقَبَّلاً. آمِيْن.
=والله يتولى الجميع برعايته=
www.nurulharomian.org